3.14.2011

KESEIMBANGAN HIDUP

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"

Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".

"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".

==============================================

Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.

Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!
Sumber : andriewongso.com

6.07.2009

Aneh, ada4 jenis manusia yg sudah dilahirkan ke dunia ini

Aneh, ada 4 jenis manusia yg sudah dilahirkan, atau lebih tepatnya, sudah diciptakana Allah ke dunia ini. Ini gak aneh sebenarnya, hanya fakta saja. Gak percaya? Mari kita bahas..

  1. Manusia tanpa ayah dan ibu
  2. Manusia tanpa ibu saja
  3. Manusia tanpa ayah saja
  4. manusia dengan ayah dan ibu

Yang pertama adalah Adam AS, ia lahir tanpa proses percampuran antara laki-laki dan perempuan, artinya tanpa ayah dan tanpa ibu, karena ia langsung diciptakan oleh Allah SWT.

Yang kedua adalah Hawa, ia lahir atau ciptakan dari seorang laki-laki saja, yakni adam, lebih tepatnya dari bagian tubuh Adam, adam ya tentu saja, laki-laki.

Yang ketiga adalah.. ah, tebakan anda benar.. :) ia adalah Nabi Isa AS. Ia lahir dari rahim suci seorang gadis, Maryam namanya. Bayi ajaib ini lahir tanpa proses normal sebuah perkawinan alias tanpa seorang lelakipun yg mencampuri Maryam, ibundanya.

Yang keempat, ya kita semua sebagai manusia normal, hasil perbuatan bapak dan ibu kita.

Kalo ada yg mau nambahin kelima atau keenam, misalnya manusia dari seorang ayah dan 4 orang ibu, itu mustahil karena gak ada istilah melahirkan secara gotong royong. Kalo 4 orang manusia dari 4 orang ibu dan 1 orang ayah.. mmm sapa itu yaaaaaaaaaaa...............

Jika misalnya seorang manusia dari seorang ibu dan empat orang ayah? Yang ini mungkin masuk akal, karena bisa saja prosesnya bergotong royong.. hehe..hehe.


4.16.2009

Bangun.....!!!!!!

"Hidup ini cuma satu kali... namun di dalamnya terdapat
berjuta peluang, berjuta kesempatan dan berjuta konsekuensi
yang menyertai setiap keputusan, tindakan, bahkan pemikiran
seorang manusia"


Apa makna dari ungkapan yang sering kita dengar bahwa hidup ini
hanya satu kali? Tidak lain mengisyaratkan kita untuk ambil bagian
dalam phase aktif kehidupan pada saat ini, dan juga menghindarkan
diri dari keputusan dan tindakan yang akan kita sesali di kemudian
hari.

Sering kali kita melihat bahwa di pasaran telah ada banyak pihak lain
yang tampak lebih ahli, lebih berpengalaman, lebih dikenal luas dan
telah lebih banyak menghasilkan karya-karya & pencapaian, dimana
ternyata hal-hal tersebut sama sekali bukan menjadi halangan bagi kita
untuk berkarya dan mempersembahkan yang terbaik bagi orang lain,
karena sama seperti mereka yang telah lebih dulu terjun, masa sekarang
ini adalah waktu yang sama tepatnya bagi kita untuk berkarya & berkontribusi.

Jadi kapan tepatnya kita sudah tidak pada waktunya untuk berkarya dan
berkontribusi? Tentunya saat kita sudah tidak bernafas lagi di muka bumi
ini, dan ketika saat itu terjadi, alangkah baiknya bila kita sudah melakukan
berbagai tugas, kontribusi, upaya, dan terutama tindakan yang diperlukan
untuk memberikan hal yang berguna bagi sesama
manusia dan generasi selanjutnya, sebagaimana banyak pendahulu kita yang mewariskan hal-hal
baik dan berguna sebagai buah karya semasa periode aktif kontribusi mereka
pada masanya lalu.

Jadi, tunggu apa lagi, mari kita 'jeburkan' diri ke dalam upaya, aktivitas, dan
keputusan yang membawa hasil positif - pencapaian bagi diri kita dan juga
kontribusi bagi sesama manusia, karena saat ini kita sedang dalam phase
yang tepat untuk hal-hal tersebut, berkaitan dengan hidup kita yang "cuma
1 kali" ini... dan singkat pula... Jadikan setiap hari berharga, bermanfaat,
berbahagia dan bertanggung jawab bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar
kita.

Sekian newsletter untuk kesempatan kali ini, terima kasih atas perhatian
Anda, selamat beraktivitas dan sukses selalu
!


ps: seiring dengan cukup banyaknya permintaan ijin untuk mengutip
konten dari newsletter ini untuk keperluan media cetak dan elektronik
lainnya, maka dengan ini disampaikan bahwa materi dari newsletter
motivasi sukses ini dapat dikutip baik sebagian maupun keseluruhan
untuk berbagai keperluan, termasuk untuk majalah, tabloid dan media
cetak lainnya, dengan catatan mencantumkan sumber yaitu website
http://www.motivasi-sukses.com , dan juga menginformasikan pemuatan
pada admin/team pengurus newsletter kita ini.

Selain kutipan, dipersilahkan juga pemuatan dalam bentuk kolom khusus
ataupun kategori lainnya secara bekala, untuk keperluan ini mohon disertakan
juga bio dari penulis, silakan reply dan hubungi kami untuk keperluan ini.


(http://www.motivasi-sukses.com)

3.25.2009

Pelajaran yang bisa diambil dari kesabaran

Beberapa bulan yang lalu di meja pemesanan kamar di sebuah hotel, saya melihat suatu kejadian yang menarik, bagaimana seseorang menghadapi orang yang penuh emosi.

Saat itu pukul 17.00 lebih sedikit, dan hotel sibuk mendaftar tamu-tamu yang baru datang. Orang yang persis di depan saya memberikan namanya kepada pegawai di belakang meja dengan nada memerintah..
Pegawai tersebut berkata, “Ya, Tuan, kami sediakan satu kamar ’single’ untuk Anda.”
“Single?!” bentak orang itu. “Saya memesan double!”

Pegawai tersebut berkata dengan sopan, “Coba saya periksa sebentar.”

Ia menarik permintaan pesanan tamu dari arsip dan berkata, “Maaf, Tuan. Telegram Anda menyebutkan single. Saya akan senang sekali menempatkan Anda di kamar double, kalau memang ada, tetapi semua kamar double sudah penuh.”

Tamu yang berang itu berkata, “Saya tidak perduli apa bunyi kertas itu, saya mau kamar double.”

Kemudian ia mulai bersikap ‘Anda-tahu-siapa- saya’ lalu berkata, “Saya akan usahakan agar Anda di pecat. Anda lihat nanti.. Saya akan buat Anda di pecat.”

Di bawah serangan gencar, pegawai muda tersebut menyela, “Tuan, kami menyesal sekali, tetapi kami bertindak berdasarkan instruksi Anda.”

Akhirnya, sang tamu yang benar-benar marah itu berkata, “Saya tidak akan mau tinggal di kamar yang terbagus di hotel ini sekarang, manajemennya benar-benar buruk.” Lalu ia pun pergi keluar.

Saya menghampiri meja penerimaan tamu sambil berpikir, si pegawai pasti marah setelah baru saja dimarahi habis-habisan. Sebaliknya, ia menyambut semua dengan salam yang ramah sekali, “Selamat malam, Tuan.”

Ketika ia mengerjakan hal yang rutin, yaitu mengatur kamar untuk saya, saya berkata kepadanya, “Saya mengagumi cara Anda mengendalikan diri tadi. Anda benar-benar sabar.”

“Ya, Tuan” katanya. “Saya tidak dapat marah kepada orang seperti itu. Anda lihat, dia sebenarnya bukan marah kepada saya. Saya cuma korban pelampiasan kemarahannya. Orang yang malang tadi mungkin baru saja ribut dengan isterinya, atau bisnisnya mungkin sedang lesu, atau barangkali dia merasa rendah diri, dan ini adalah peluang emasnya untuk melampiaskan kekesalannya. ”

Pegawai tadi menambahkan, “Pada dasarnya dia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu.”

Sambil melangkah menuju lift, saya mengulang-ulang perkataannya, Pada dasarnya dia mungkin orang yang sangat baik. Kebanyakan orang begitu.”

3.12.2009

Maulid Nabi


Ta'mir Masjid Banyumudal bersama dengan Prisma Banyumudal pada tanggal 08 Maret 2009 melaksanakan kegiatan Maulid Nabi Agung Muhammad SAW. Kegiatan ini diisi dengan pembacaan cerita perjalanan Nabi yang tertuang dalam Kitab Al Barzanji.
Selain itu juga diisi dengan Mau'idotul Khasanah yang disampaikan oleh Bp. Kyai Fachrudin dari Sokareni Alian. Inti dari kegiatan ini adalah mengajak warga sekitar Masjid Banyumudal (khususnya) untuk lebih meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dan lebih mempererat tali persaudaraan.

2.25.2009

Kemuliaan Di Balik Cacian

Diantara kaum kita ada yang hobi mencaci-maki. Rasulullah, jarang membalas cacian orang. Di balik perbuatannya itu, kita berpeluang meraih kemuliaan

Seorang laki-laki datang menemui Abu Bakar. Tanpa ba-bi-bu lelaki tersebut mencacimaki salah seorang sahabat nabi yang sangat beliau cintai ini. Rasulullah Salallaahu alaihi wassalam yang saat itu tengah duduk di sampingnya, tampak terheran-heran sambil tersenyum melihat Abu Bakar diam saja.

Namun ketika kata makian semakin banyak Abu Bakar pun meladeninya. Rasulullah bangkit dengan wajah tidak suka dengan sikap Abu Bakar itu. Beliau berdiri dan

Abu Bakar mengikutinya.

“Ya Rasulullah, tadi dia mencaci makiku namun engkau tetap duduk. Tapi ketika kuladeni sebagian kata-katanya, engkau marah dan berdiri. Mengapa demikian ya Rasulullah?” tanya Abu Bakar.

“Sesungguhnya bersamamu ada malaikat, kemudian dia berpaling dari padamu. Ketika engkau meladeni perkataannya, datanglah syaitan dan aku tak sudi duduk bersama syaitan itu,” jawab Rasul. Kemudian beliau meneruskan nasihatnya, “Tidak teraniaya seseorang karena penganiayaan yang ia sabar memikulnya kecuali Allah akan menambahkan kepadanya kemuliaan dan kebesaran.” (HR. Imam Ahmad dari Abu Kabsyah Al Anmari)

Ridha

Tidak ada suatu pun kejadian, bahkan selembar daun yang terjatuh pun, melainkan sudah di dalam skenario Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Begitu pula apa pun yang menimpa kita dalam hidup keseharian. Mulai dari peristiwa besar hingga yang kecil semua telah direncanakan oleh Allah.

Karena itu sikap orang yang beriman dalam menghadapi segala kejadian diterimanya dengan hati lapang dan ridha; sebagai hidangan dari Allah. Musibah yang secara lahiriah merugikan, bagi orang yang bersabar justru ladang mendapatkan pahala di sisi-Nya.

“Kami (Allah) akan memberikan kepada orang- orang yang berhati sabar itu pahala menurut amalan yang telah mereka kerjakan dengan sebaik- baiknya.” (Surat. An Nahl: 96)

Salah satu kejadian yang mungkin sering terjadi dalam pergaulan adalah perkataan yang tidak menyenangkan, caci maki misalnya. Agar tidak sia-sia, menghadapi hal seperti ini perlu sikap yang tepat. Sikap Abu Bakar yang mampu bersabar menahan diri dan diam saja, membuat Rasul tersenyum. Namun pada saat Abu Bakar mulai meladeni caci makian, Rasul pun menunjukkan sikap tidak menyukainya. Padahal yang dilakukan Abu Bakar hanya meladeni sebagian kata-katanya saja. Lalu bagaimana dengan sikap kebanyakan kita selama ini?

Boro-boro menahan diri. Bahkan seringkali lebih emosional dan balasan spontan yang dilancarkan justru lebih gencar dari umpan caci makiannya. Dengan muka merah dan suara marah meledak-ledak meluncurlah kata-kata yang lebih tajam lagi. Bukan hanya menjawab sebagian kata-kata, tetapi satu kata malah dibalas dengan sepuluh kata. Naudhubillah.

Sikap emosional dan kehilangan kendali seperti itu, merupakan tanda kurang ridha dengan kejadian. Kita lupa bahwa apa yang terjadi sesungguhnya merupakan kiriman Allah untuk menguji sikap kita. Saat emosional seperti itu pusat orientasi bukan lagi ingin meraih ridha Allah, tetapi sekadar melampiaskan hawa nafsu. Dar der dor yang penting terpuaskan. Kita tidak bisa membayangkan, bagaimana sikap Rasul andai bersama kita. Yang beliau lakukan barangkali tidak hanya bangkit dan berdiri, tapi berlari menjauh. Sebab setan yang merubung kita terlalu banyak.

Dengan menyadari bahwa tiada kejadian yang kebetulan kecuali atas kehendak Allah, hati akan ridha. Sikap inilah yang dibutuhkan agar kita tetap terkendali.

Bayangkanlah bahwa kita sedang menyaksikan episode sinetron tiga dimensi luar biasa yang diskenario oleh Allah. Nikmatilah caci makiannya seperti sedang menyaksikan bintang yang berakting di layar kaca. Bila mulai terpancing, ucapkan istighfar dan orientasikan hati pada ridha Allah, tentu akan membuat pikiran lebih tenang. Dengan suasana spiritual seperti itu malaikat yang bersama kita tetap mendampingi.

Sikap marah-marah dan emosional, justru menjerembabkan kita pada kenistaan. Maunya membela kehormatan, tetapi dengan ucapan balasan yang lebih tajam justru menunjukkan kualitas ruhani kita. Malaikat malah menyingkir dan yang datang merubung malah setan. Tidak hanya kehilangan kehormatan di depan manusia, tetapi juga di depan Allah dan Rasulnya.

Memilih

Seringkali respon tindakan seseorang ditentukan oleh keadaan. Kalau yang diterima caci maki maka reaksinya juga caci maki. “Yah, kami tidak ada pilihan lagi kecuali membalasnya. Dia telah menghina kehormatan kami, maka kami pun menghinanya untuk membela diri.” Demikian alasan yang dikemukakan.

Manusia sesungguhnya tidak semata ditentukan oleh lingkungan, tetapi juga oleh dirinya sendiri. Bahkan sebagian orang malah mampu mempengaruhi lingkungan.

Mereka mencairkan lingkungan yang beku, memperbaiki keadaan yang buruk. Menghadapi keadaan yang ada manusia diberi kemampuan memilih. Saat menghadapi caci maki, seorang dapat merenungkan dalam hati, apa tindakan terbaik yang ingin dilakukan; diam atau membalas.

“Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang menentreramkan jiwa dan hati. Dosa adalah apa-apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati.” (HR.Imam Ahmad)

Kita akan dapat memilih tindakan terbaik jika dilandasi sikap ridha. Dengan menyadari bahwa semua dari Allah akan membuat hati tetap bening dan pikiran juga jernih. Akhirnya yang muncul tindakan terpilih.

Suara hati yang mendorong nilai-nilai kebaikan tetap terdengar. Pikiran pun dapat memilih kata yang paling tepat dan lisan mengucapkannya dengan indah, tidak asal nerocos. Tentu saja akan berbeda halnya jika caci maki dihadapi dengan sikap emosional. Hati dikuasai hawa nafsu dan amarah sedangkan pikiran pun jadi kotor. Akhirnya yang mengalir di lisan adalah kata-kata kotor bahkan lebih tajam lagi.

Sebenarnya, seorang yang mencaci maki dengan kata-kata kotor tidak akan membuat orang lain rendah kecuali merendahkan dirinya sendiri. Kata-kata kotor yang keluar dari mulut, lebih menunjukkan siapa yang mengatakan dari pada siapa yang dikata-katai. Kotor kata-katanya, berarti kotor pula pikirannya. Jadi sebenarnya tanpa membalasnya, sudah cukup orang lain menilai siapa yang sesungguhnya lebih buruk itu. Tapi bila kita membalas caci makian itu dengan caci maki yang lebih tajam dan berlebihan, malah menunjukkan keburukan sisi jiwa kita. Sikap berlebihan dalam membalas itu justru membuat kita sama-sama terjerembab bersama orang yang mencaci itu.

Hikmah

Allah menghadapkan kita pada keadaan yang tidak kita senangi itu tentu ada hikmahnya. Dengan sikap ridha kita dapat menjadikan caci maki sebagai alat evaluasi diri. Tidak mudah lho melihat kekurangan diri. Dari yang dikatakan itu mungkin ada yang tidak sesuai, tapi beberapa bagian sebenarnya agak sesuai juga. Bahkan kalau mau jujur kita masih perlu bersyukur; bahwa Allah masih menutupi aib-aib kita. Apa yang dikatakan itu sebenarnya belum seberapa dari semua kekurangan kita. Dengan demikian kita terhindar dari sikap sombong dan sok sempurna. Kita tersadar merasa masih banyak kekurangan dan lebih terpacu lagi memperbaiki diri.

Dicacimaki juga memberi pengalaman tak telupakan. Ternyata kata-kata tajam itu bisa membuat hati ini terluka. Barangkali tanpa kita sadari kita pernah mencaci maki teman atau orang lain, dan kemudian melupakan begitu saja setelah melampiaskan. Padahal luka hati akibat caci maki itu sulit disembuhkan.

Nah, jika kita merasa tidak enak dicaci maki, sadarlah bahwa orang lain pun seperti itu juga. Karenanya terdorong dari pengalaman berharga itu segeralah bertobat dan mintalah maaf kepada orang yang pernah kau sakiti. Engkau tidak akan bisa menanggung beban di akhirat kelak menghadapi pengadilan Allah. Amal-amalmu habis beralih tangan pada orang lain yang kau dzalimi itu. Sedangkan dosa-dosa orang yang kau dzalimi ditimbunkan pada dirimu. Itulah orang yang bangkrut menurut Rasul.

Setelah mendapatkan hikmah yang sangat besar itu, kita pun dapat lebih berlapang dada. Caci makian yang menimpa kita itu ternyata seperti jamu. Meski terasa pahit, ternyata dapat menyehatkan jiwa. Oleh sebab itu kita perlu berlatih bagaimana sikap terbaik menghadapi caci makian agar kejadian yang diskenario Allah itu tidak sia-sia. Justru menjadi ladang kita mendapat kemuliaan dan kebesaran di sisi-Nya.

Dicontohkan dalam sejarah; kita ketahui Rasul pun tak luput mendapatkan makian bahkan lebih keras lagi. Penduduk Thaif yang diajaknya pada kebenaran tidak menyambutnya dengan baik, justru menyambutnya dengan olokan, lemparan batu dan potongan besi. Wajah, badan dan kaki beliau pun berdarah-darah. Namun yang dilakukan beliau tidak membalasnya tapi justru mendoakan; Allahummahdi qawmi. Innahum laa ya’lamuun.

”Ya Allah berilah petunjuk kaumku itu. Karena sesesungguhnya mereka tiada mengetahui.”

Caci makian tidak membuat beliau terhina, malah sebaliknya membuat namanya kian mulia dan besar. Coba bayangkan jika Rasul juga membalasnya dengan olokan emosional yang lebih tajam, tentu akan lain ceritanya.

Memang terasa sulit membayangkan. Namun bila kita menyadari hikmah yang demikian banyak di balik cacian.

Rasanya orang yang mencaci maki kita itu memang tak layak dibalas dengan cacian. Karena di balik perbuatannya itu, kita berpeluang meraih kemuliaan dan kebesaran di sisi Allah yaitu dengan bersabar.

Jadi sudah selayaknya orang yang membukakan peluang kesadaran, dan kemuliaan itu kita maafkan. Bahkan kita bisa mendoakan semoga dia mendapatkan ampunan dan hidayah dari Allah menjadi lebih baik. Bukankah doa orang yang terdzalimi makbul? Tulisan ini diambil dari rubrik ’Hikmah’ majalah Hidayatullah/www.hidayatullah.com]

2.20.2009

Masjid Banyumudal

Masjid Banyumudal adalah Masjid yang didirikan oleh seorang Aulia yang bernama Syeikh Ibrohin Asmoro Qondi yang hidup pada masa Raja Cempa sekitar pertengahan abad 15 M (Daerah Demak - Jepara) dan mengajak Raja Cempa pada waktu itu untu memeluk agama Islam. Beliau seorang ulama besar yang berasal dari daerah Ais Timur (Samarkan, yaitu negara bagian Uni Soviet kira-kira di Ubekistan atau Kazakstan). Beliau adalah seorang syiar Islam yang pertama di Jawa yang menurunkan para wali di Jawa. Di tanah Jawa (Demak) dalam melaksanakan syiarnya, Syeikh Ibrohim Asmoro Qondi di samping sudah dibekali ilmu pengetaun tentang ISlam juag dibekali alat transportasi berupa hewan piaraan yaitu kuda dan juga seekor hewan piaraan yang sangat disukai yaitu harimau. Senagai bukti bahwa Beliau telah melakukan perjalanan, dapat dibuktikan dengan diketemukan dan dipeliharanya benda-benda purbakala yang sampai saat ini masih dijaga kelestariannya.

Motivasi Sukses

Berikut ini adalah Motivasi Sukses newsletter untuk kesempatan kali ini,

"Winning feeling is contagious, so is the feeling of fails"

"Perasaan kemenangan adalah menular adanya, demikian pula dengan
rasa kegagalan"


Apa maksud dari quote pada kesempatan kali ini? Coba Anda bayangkan
saat menonton pertandingan misalnya tinju.. Setelah akhir pertandingan,
biasanya ada pemenang dan yang kalah. Pemenang tampil dengan wajah
bangga dan senang, sedangkan yang kalah tertunduk sedih. Seringkali
(khususnya para ibu/wanita), akan merasa sedih melihat petinju yang kalah
tadi dan muncul rasa 'kesal' pada pemenang yang membuat lawannya
babak belur.

Sehubungan dengan perasaan kemenangan yang memang menular, maka
dapat Anda coba untuk selalu turut merasakan perasaan kemenangan dari
pihak manapun yang menang, turut serta menghayati betapa bangganya
mereka yang berhasil meraih prestasi, yang merupakan hasil kerja kerasnya.

Hal ini pun diharapkan dapat diterapkan pada kenalan lama yang tiba-tiba
ditemui di tempat umum seperti mall, dan menceritakan kesuksesannya
yang melejit ke angkasa. Ketimbang berkecil hati, maka akan sangat baik
bila Anda mencoba terlibat secara emosi atas apa yang ia raih, rasakan
perasaan positif bila Anda yang mendapatkan prestasi yang dibeberkan
tersebut, karena dengan melakukan hal ini, 1 hal yang pasti adalah persepsi
kita telah mendapatkan 'santapan' positif yang berguna untuk perkembangan
diri sendiri.

Dan tentunya akan lebih baik bila secara rutin Anda menyelami kehidupan
orang-orang berprestasi, dengan mengira-ngira apa yang mereka rasakan
dari hari ke hari dengan pencapaian mereka tersebut. Misalnya, banyangkan
bagaimana rasanya menjalani keseharian dan gaya hidup sebagai Beckham,
sebagai Oprah, Bill Gates, Tukul Arwana, atau siapa saja yang Anda anggap
berprestasi tinggi dan layak dijadikan teladan gaya hidup sukses..

Semoga bermanfaat, dan terima kasih atas perhatian Anda.

ps: reply email ini untuk menyampaikan kisah dan pengalaman positif Anda,
atau forward pada rekan dan relasi yang akan dapat memperoleh manfaat
positif dari materi yang dikiriman.


Salam Hangat,

W Oesman Wijaya, SE
Motivasi Sukses Team
http://www.motivasi-sukses.com